Oslo: Ibukota Dingin di Bumi Utara

Dari dulu saya bermimpi untuk bisa berkunjung ke Scandinavia. Norwegia adalah salah satu negera makmur di Skandinavia, region historikal dan kultural linguistik ini bersama dengan Denmark dan Swedia. Norwegia juga termasuk ke dalam grup yang disebut negara Nordik yang terdiri dari 3 negara Skandinavia tadi di tambah dengan Islandia dan Finlandia. Selain kemiripan historis, bahasa dan suhu semua negara Nordik adalah negara-negara yang sangat mahal biaya hidupnya.

Oslo adalah ibukota Norwegia. Saya sudah tahu nama kota ini semenjak SD di mana saya sudah menghafalkan ibukota-ibukota negara di dunia dari buku RPUL alias Rangkuman Ilmu Pengetahuan Umum Lengkap yang merupakan kompetitor Buku Pintar karya Iwan Gayo.

Saya dan Indri terbang ke Oslo dari Amsterdam. Norwegia punya maskapai budget yang tengah naik daun. Namanya Norwegian Air Shuttle dengan brand color merah menyala sesuai dengam warna favorit kami. Meskipun budget, Norwegian pun menawarkan fitur yang belum pernah saya temui di maskapai-maskapai lain yaitu wifi internet di dalam penerbangannya. Saya membayar 64.80 Euro saja perorang dari Amsterdam Schiphol ke Oslo Gardermoen. Harga tersebut sangat terjangkau tentunya dibandingkan harus jalan plus berenang. Ekstra 9 euro harus dibayar jika kita perlu bagasi 20 Kg.

6 Februari 2014

Koneksi dari Amsterdam Central ke bandara utama Amsterdam Schiphol paling mudah menggunakan kereta. Tiket sekali jalan untuk kelas 2 adalah sekitar 4 Euro yang bisa dibeli di mesin tiket yang tersebar di stasiun. Frekuensi kereta menuju bandara sekitar setiap 10-15 menit sekali dengan lama perjalanan juga sekitar 15 menit. Setiba di Schiphol, lokasi stasiun keretanya ada di bawah tanah. Setelah keluar kereta kita bisa keluar dari platform untuk naik ke terminal keberangkatan bandara. Berhubung kami sudah checkin online maka sesampai area keberangkatan kami tinggal mencari konter baggage drop Norwegian.

Setelah drop bagasi kami langsung menuju ke ruang tunggu keberangkatan. Perlu diingat bahwa aturan dilarang membawa cairan ke kabin berlaku di hampir semua bandara di Uni Eropa. Jadi pastikan tidak ada minuman atau perlengkapan mandi cair yang lupa dimasukan ke bagasi. Pemeriksaan sekuriti sebelum masuk terminal pun cukup ketat sampai-sampai saya harus bolak-balik panel scan metal detector sampai harus melepas ikat pinggang dan sepatu. Untung saja tidak harus melepas celana :D.

Selepas pemeriksaan kami langsung menuju ke area tunggu penerbangan kami. Penerbangan ke Norwegia adalah internal Schengen area sehingga tidak ada pemeriksaan passport. Sayangnya sekali di terminal keberangkatan Schengen ini tidak ada praying room seperti di terminal keberangkatan non-schengen. Hingga akhirnya saya dan Indri sholat di pojokan ruang tunggu.

Malam itu penerbangan kami tertunda 45 menit. Kami menunggu dengan duduk-duduk di area tunggu. Ada efek suara gemericik air dan suasana hutan yang menjadi latar belakang. Sesekali suara efek anjing menggonggong sempat membuat saya kaget. Di ruang tunggu tersebut ada beberapa demo science panel yang cocok untuk anak-anak. Mesin-mesin demo tersebut dipasang oleh Nemo, sebuah museum dan Science center di Amsterdam. Hal menarik lain adalah ada tempat untuk charging smartphone namun kita harus menggenjot semacam pedal sepeda agar ada energi listrik yang tercipta. Di Schiphol ada wifi gratis namun sayangnya hanya dibatasi satu jam.

Singkat cerita akhirnya kami boarding pesawat. Pesawar Norwegian memiliki warna dasar merah dominan dan sedikit putih. Di bagian ekor pesawat ada gambar sosok wajah yang sayangnya belum sempat saya telusuri wajah siapa itu dan nampaknya setiap pesawat punya gambar wajah yang berbeda-beda. Dari website Norwegian, ternyata ada 4 wajah yang digunakan di pesawat Norwegian. Empat orang tersebut adalah tokoh-tokoh penting dari negara-negara Nordic karena Norwegian ingin menjadi perusahaan regional dan bahkan global. Pesawat yang kami naiki adalah Boeing 737-800. Penerbangan Amsterdam ke Oslo adalah 2 jam kurang 15 menit.

Saat Oslo Menyambut

Sekitar dua jam kemudian pesawat pun mendarat di Oslo nyaris tengah malam. Warna dominan yang saya lihat dari luar kaca pesawat adalah putih karena nampaknya salju turun deras di bumi utara. Bahkan beberapa pesawat yang parkir tertimbun salju cukup tebal. Pesawat langsung merayap ke terminal kedatangan setelah mendarat. Tanpa lama kami langsung keluar pesawat untuk mengambil bagasi. Dari keluar pesawat menuju area koleksi bagasi penumpang dipaksa untuk lewat duty free shop di mana sebagaian besar penumpang membeli minuman alkohol saat kami lewat. Mungkin untuk menghangatkan tubuh mereka. Andai saja ada bandrek atau bajigur di sana pasti rasanya sedap.

Kami tidak lama menunggu bagasi dan langsung ke luar di area utama depan terminal. Saya langsung berburu kursi kosong sebab malam itu kami memang sudah berniat tidur di bandara. Harga hotel di Oslo adalah sangat mahal. Apabila kami tiba lewat tengah malam maka kami merasa rugi jika harus membayar hotel secara penuh sehingga saya berpikir untuk tidur di bandara dan baru checkin hotel keesokan paginya.

Indri menemukan bangku tersisa di sebuah kafe yang sudah tutup. Bangku-bangku panjang yang lain sudah diokupasi oleh beberapa orang lain sehingga kami hanya dapat 2 bangku dengan panjang kira-kira 2/3 badan. Saya yang penasaran lalu menjelajah bandara siapa tahu ada tempat untuk tidur yang lebih nyaman. Akhirnya saya harus menerima fakta bahwa tempat yamg ditemukan Indri tadilah yang terbaik.

Saya langsung kembali lagi ke kafe tadi dan mengatur posisi untuk tidur. Di area utama bandara ada beberapa mini market dan satu ATM. Saya membeli teh hangat di 7 eleven dan menarik 1000 norwegian kron (NOK) di mesin ATM. Malam itu kami tidak bisa tidur terlalu nyenyak.

7 Februari 2014

Pagi sekitar jam 6 istri saya membangunkan saya. Ada dua pilihan transport dari bandara Oslo ke pusat kota yaitu bus dan kereta. Kami memilih kereta. Kereta pun ada dua pilihan Oslo ekspress atau Oslo NSB. Oslo NSB adalah perusaan kereta api milik negara, semacam PT KAI kalau di Indonesia. Kami memutuskan naik NSB karena harganya separuh ekspres dengan selisih lama perjalanan yang tak berpaut jauh. Tiket bisa dibeli di mesin tiket. Platform kereta ada di bagian bawah dari bandara. Ada pilihan Bahasa Inggris di mesin tiket. Informasi platform yang harus kita tuju terpampang sangat jelas.

Mesin Tiket NSB

Untuk naik NSB pastikan kita naik gerbong dengan kondektur. Dari yang saya baca di wikitravel, jika kita naik gerbong tanpa kondektur maka tak ada yang akan memvalidasi tiket kita di atas kereta dan bisa didenda jika terkena pemeriksaan. Informasi gerbong tanpa dan dengan kondektur terpampang di pintu masing-masing gerbong dalam bahasa Norwegia. Betjent artinya gerbong dengan kondektur dan Ubutjent artinya gerbong tanpa kondektur. Harga tiket sekali jalan adalah 90 NOK.

Stasiun Oslo Bandara

Perjalanan dari oslo Lufthan stasiun bandara ke Oslo S, stasiun di pusat kota adalah sekitar 30 menit. Keretanya sangat bagus dan bersih. Di jalan seorang kondektur memvalidasi tiket kami.

Stasiun Sentral Oslo

Sesampai Oslo S kami langsung keluar kereta dan masuk stasiun yang cukup besar. Di sini stasiun seperti bandara. Sangat bersih dan informasi keberangkatan dan kedatangan kereta tertera sangat jelas. Di stasiun saya ke mini market untuk membeli ransum. Keluar stasiun langit masih gelap meski sudah jam 7 pagi. Di musim dingin matahari baru terbit sekitar jam 8 lewat di utara. Kami keluar stasiun di sambut hujan. Suhu udara sekitar 0 derajat celcius. Dengan panduan offline cache google maps kami berjalan menuju hotel.

Di Oslo kami menginap di Hotel Citybox. Harga per malam adalah 70 euro dan nyaris tanpa fasilitas untuk harga semahal itu. Sehari sebelumnya saya sudah email hotel untuk meminta early checkin di pagi hari. Balasan dari hotel adalah kami bisa early checkin selama ada kamar tersedia.

Mesin Checkin Otomatis di Citybox Oslo

Sesampai citybox setelah berhujan-hujan sekitar 10 menit, tak ada konter resepsionis seperti hotel-hotel pada umumnya. Yang ada semacam mesin elektronik dengan display touch screen. Kami langsung memasukan data yang diminta di mesin untuk checkin. Pembayaran langsung dilakukan menggunakan kartu kredit. Di step akhir mesin mengeluarkan pesan error bahwa kamar belum tersedia. Seperti yang saya takutkan sebelumnya.

Saya langsung mengontak petugas jaga dari interkom yang ada di sana. Tak lama seorang wanita keluar dari lobi hotel dan langsung mengatakan bahwa kamar sedang full book dan meminta kami menunggu hingga jam 3 sore waktu checkin normal hotel. Saya kemudian meminta tolong untuk segera dicarikan kamar. Menunggu hingga sore bukanlah pilihan bagi kami yang sangat capek dan ngantuk karena kurang tidur di bandara. Petugas hotel pun mempertimbangkan permintaan kami namun tidak bisa menjanjikan waktu checkin karena dia tidak tahu pasti jam berapa tamu-tamu yang menginap akan keluar.

Pada akhirnya beruntung pagi itu ada cukup banyak tamu hotel yang terlihat checkout. Kami sempat harus sholat shubuh di loby karena belum mendapat kamar. Setelah menunggu sekitar satu jam akhirnya kamar kami siap.

Kami tidak berlama-lama di kamar karena kami ingin segera mengeksplorasi Oslo. Kami memutuskan untuk membeli Oslo pass 24 jam sebuah pass wisata yang memungkinkan turis gratis naik transportasi publik dan beberapa wahana wisata dan museum. Oslo pass 24 jam bentuknya berupa tiket kertas dengan tanggal kadaluarsa yang ditulis petugas sales 24 jam dari saat kami membeli tiket. Harga Oslo pass 24 jam adalah sekitar 290 Nok. Oslo pass ini harus ditunjukan bila ada petugas pemeriksa tiket di transportasi publik. Namun kami tak diperiksa sekalipun selama di Oslo hingga kami tinggal naik turun bus dan tram sesuka kami.

Museum Kapal Viking

Tujuan pertama kami adalah Museum Kapal Viking, sesuai dengan namanya museum ini menunjukan kapal-kapal viking. Bangsa Viking adalah generasi awal orang-orang Nordik dan kebanyakan merupakan pelaut tangguh. Kami tak perlu membayar tiket untuk masuk Museum Kapal Viking ini karena kami punya Oslo Pass. Setelah puas berkeliling dan membeli souvenir yang cukup mahal kami menuju ke open air norwegian museum (Norsk Folekmuseum) yang tak jauh dari museum pertama.

Rumah-rumah kayu di Norsk Folkemuseum

Open Air Norwegian Museum berisi sejarah lengkap tentang kehidupan orang-orang Norwegia, bagaimana gaya pakaian mereka, perlengkapan rumah mereka hingga ada beberapa rumah kayu yang berjejer di area terbuka museum. Kami berkeliling sekitar satu jam di tengah hujan, suhu 0 derajat celcius dan kantuk yang benar-benar tidak tertahankan. Oleh karena merasa capek kami memutuskan pulang ke pusat kota Oslo untuk mencari makan siang. Menu makan siang itu adalah kebab. Setelah makan kami langsung kembali ke hotel untuk sholat dan tertidur setelahnya.

Kami terbangun sekitar maghrib dan langsung bersiap-siap untuk makan malam. Kami memiliki janji untuk bertemu 2 orang teman. Bersama mereka kami akan menuju Bergen keesokan harinya. Tempat makan malam adalah restoran Thailand dengan pilihan menu Tom Yam. Setelah makan kami langsung kembali lagi ke hotel untuk persiapan perjalanan keesokan hari menuju kota di ujung barat Norwegia, Bergen.

Kami agak kurang beruntung saat di Oslo cuaca agak kurang bersahabat sehingga kurang optimal mengeksplorasi kota ini. Hujan sepanjang hari dengan suhu di sekitaran 0 derajat celcius memang bukan suasana yang menyenangkan untuk berkeliling. Seperti sudah diduga sebelumnya harga barang dan transportasi di Oslo adalah sangat mahal. Namun informasi dan komunikasi sangat mudah di akses sebab sebagian besar pengumuman juga disampaikan dalam Bahasa Inggris. Selain dari itu sebagian besar orang Norwegia fasih berbahasa Inggris. Saya berharap punya kesempatan lain untuk kembali lagi ke Norwegia.

Tinggalkan komentar